Penularan virus corona tidak memandang usia, mulai dari orang lanjut usia (lansia) hingga anak-anak bisa terkena penyakit dengan nama resmi COVID-19 ini. Di Indonesia, pemerintah pun sudah mengumumkan ada pasien yang positif corona dengan usia di bawah 5 tahun (balita).Kabar ini tentu membuat tidak sedikit orangtua panik akan merebaknya wabah corona di kalangan anak-anak. Meskipun demikian, Pusat Penanganan dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyatakan anak-anak bukanlah golongan yang paling berisiko terkena virus baru ini.
Mengapa demikian?
Memahami penularan virus corona pada anak-anak
Di Indonesia, hingga Jumat (13/3), terdapat 69 orang yang terjangkit virus corona, dua di antaranya adalah anak-anak. Masing-masing anak berusia 2 tahun dengan kondisi fisik sedang dan bocah berusia 3 tahun dengan kondisi fisik ringan-sedang.
Keduanya diduga terinfeksi corona dari orangtuanya yang juga positif COVID-19. Penularan virus corona ke anak-anak ini menambah panjang daftar pasien corona pada anak-anak di bawah usia 15 tahun yang sebelumnya juga pernah terjadi di beberapa negara.
Salah satu kasus penularan virus corona yang paling ekstrem terjadi di Wuhan, Tiongkok, Februari lalu. Saat itu, bayi yang baru berusia 30 jam dinyatakan positif COVID-19 karena ibunya terlebih dahulu mengidap penyakit yang sama.
Penularan virus corona pada anak-anak pun sama dengan orang dewasa, yakni melalui cairan (droplet) yang keluar dari mulut penderita penyakit tersebut ketika bersin, batuk, atau hanya berbicara. Droplet ini bisa terlebih dahulu menempel di benda, kemudian tersentuh tangan anak yang digunakan untuk menyeka wajah atau makan.
Infeksi virus corona pada anak-anak tidak separah orang dewasa
COVID-19 seringkali dihubungkan sebagai penyakit dengan sistem imun rendah sehingga anak-anak dikhawatirkan lebih rentan terkena wabah yang satu ini. Faktanya, ada beberapa kabar yang mungkin dapat meringankan sedikit pikiran orangtua mengenai hubungan virus corona dan anak-anak:
1. Jumlah anak-anak yang positif COVID-19 sedikit
Dibanding orang dewasa, hanya sedikit anak-anak yang terjangkit virus asal Wuhan, Tiongkok, ini. Dalam jurnal kesehatan yang dipublikasikan oleh JAMA, terungkap bahwa virus ini paling banyak menyerang orang berusia 49-56 tahun.
2. Gejala COVID-19 pada anak-anak lebih ringan
Anak-anak yang divonis positif COVID-19 biasanya mengalami gejala yang lebih ringan dibanding orang dewasa. Hingga saat ini, pasien COVID-19 yang menunjukkan kondisi fisik yang berat sebagian besar merupakan lansia maupun orang yang memiliki penyakit penyerta, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit kardiovaskular.
Kondisi ini mirip dengan saat wabah virus SARS dan MERS melanda beberapa negara, beberapa tahun silam. Saat itu, anak-anak juga ada yang terkena kedua virus tersebut, namun tingkat keparahan dan kematiannya tidak setinggi orang-orang dewasa.
Para ahli kesehatan sendiri belum bisa menemukan faktor penyebab tidak terlalu parahnya dampak penularan virus corona pada anak-anak ini. Namun, ada dua teori yang mungkin melandasi hal ini:
• Anak-anak yang masih negatif COVID-19 memang belum terekspos oleh virus ini, atau
• Ada perbedaan sistem kerja antibodi dalam diri anak yang berbeda dengan orang dewasa.
Yang jelas, hingga kini, para dokter belum bisa mengambil kesimpulan tentang dampak virus corona terhadap anak-anak. Untuk itu, para orangtua tetap disarankan untuk mengambil tindakan preventif agar anak-anak mereka terhindar dari paparan virus ini.
Cara mencegah penularan virus corona pada anak-anak
Karena cara penularan virus corona pada anak-anak sama dengan orang dewasa, maka tindakan preventif yang harus dilakukan juga sama, yakni:
• Memastikan anak sering mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol.
• Hindari orang yang terlihat sakit, termasuk batuk dan bersin.
• Bersihkan benda-benda yang sering disentuh anak dengan disinfektan, misalnya gagang pintu, kursi, meja, hingga mainannya.
• Cuci mainan anak juga dengan air dan sabun atau sesuai dengan petunjuk penggunaannya. Bila memungkinkan, cuci mainan tersebut menggunakan air hangat.
• Bagi orangtua, kurangi kebiasaan mencium atau menyentuh wajah anak Anda.
• Jangan membawa anak-anak di kerumunan atau keramaian.
• Bagi orangtua yang bekerja, sepulang kerja segera ganti pakaian dan mandi sebelum berinteraksi dengan anak.
Anak-anak tidak perlu menggunakan masker jika tidak sedang demam, batuk, atau pilek. Sebaliknya, jika si Kecil memperlihatkan gejala demikian, bawa ia ke pusat layanan kesehatan dengan mengenakan masker dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan orang lain.
Beberapa sekolah meliburkan muridnya untuk mencegah dampak virus corona pada anak-anak. Namun bila sekolah anak Anda tidak melakukan kebijakan yang sama, tak perlu panik dan lakukan langkah pencegahan di atas.